ABSTRAK
Santiningtyas, Kartika. 2023. Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Projek Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial Materi Makhluk Hidup dan Lingkungannya Melalui Pembelajaran Outdoor Learning Berbasis Inkuiri Pada Peserta Didik Kelas X Semester Ganjil Tahun Ajaran 2023/2024 Di SMK Negeri 1 Bawang.
Proses pembelajaran yang cenderung didominasi oleh guru menyebabkan rendahnya aktivitas peserta didik dalam kegiatan pembelajaran sehingga hasil belajar kurang memenuhi Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP) terutama pada materi Makhluk Hidup dan Lingkungannya. Kondisi pembelajaran ini diperlukan sebuah tindakan untuk dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik . Untuk itu penulis melakukan tindakan berupa Penerapan Outdoor Learning berbasis inkuiri dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik. Desain penelitian ini adalah Penelitian Tindakan kelas. Pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran dengan penerapan Outdoor learning berbasis inkuiri pada materi malkhluk hidup dan lingkungannya ini berlangsung dalam 2 siklus, dengan satu siklus meliputi empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi, masing – masing siklus dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan. Penelitian ini menghasilkan peningkatan aktivitas dari skor rata – rata aktivitas pada pra siklus sebesar 17,5 dengan kriteria rendah,meningkat menjadi 32,5 pada siklus 1 dengan kriteria sedang, kemudian meningkat menjadi 41,2 pada siklus 2 dengan kriteria tinggi. Sedangkan ketuntasan hasil belajar meningkat dari ketuntasan sebesar 39% pada pra siklus, menjadi 81% pada siklus 1 dan 94% pada siklus 2. Hal ini berarti bahwa penerapan Outdoor learning berbasis inkuiri materi perkembangbiakan tumbuhan pada peserta didik kelas X SMK Negeri 1 Bawang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik.
Kata kunci : Outdoor Learning Berbasis Inkuiri, Aktivitas, Hasil Belajar
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Proyek Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial mencakup pengetahuan yang berhubungan dengan kehidupan di alam, berbagai proses kehidupan, maupun gejala-gejala alam. Proyek Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial tidak sekedar kumpulan pengetahuan yang harus dihapalkan oleh peserta didik, tetapi dalam Proyek Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial terdapat kumpulan proses dan gejala-gejala yang dapat diterapkan dan dikembangkan dalam kehidupan nyata. Dari hasil pengamatan, didapatkan kondisi aktivitas belajar peserta didik di kelas X SMK Negeri 1 Bawang menunjukkan masih cukup rendah. Peserta didik kurang aktif dan kegiatan pembelajaran cenderung didominasi oleh guru. Hal tersebut sangat bertolak belakang dengan prinsip pembelajaran Proyek Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial yang memiliki karakteristik khusus yang berbeda dengan mata pelajaran lainnya, baik dalam hal obyek yang dipelajari maupun persoalan yang dikaji.
Materi pelajaran disampaikan dengan metode ceramah dan kurang divariasikan dengan metode pembelajaran lain yang bisa mendorong aktivitas belajar peserta didik. Peserta didik hanya mendengarkan penjelasan guru, dan mencatat penjelasan guru yang tidak terdapat di dalam buku pelajaran. Peserta didik kurang tertarik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran karena semakin lama peserta didik merasa bosan harus terus menerus mendengarkan dan mencatat penjelasan guru. Materi pelajaran yang disampaikan cenderung bersifat abstrak dan kurang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, sehingga kurang menarik dan sulit dipahami oleh peserta didik.
Sedangkan sebenarnya lingkungan sekitar SMK Negeri 1 Bawang berpotensi untuk dijadikan sebagai sumber belajar pada materi ekosistem, tetapi potensi alam tersebut kurang dimanfaatkan untuk kegiatan pembelajaran. Adapun potensi alam yang dimiliki lingkungan sekitar sekolah tersebut antara lain daerah persawahan dan perkebunan yang ada di sekitar sekolah yang dapat digunakan sebagai sumber belajar. Padahal dalam pembelajaran peserta didik akan lebih mudah dalam belajar ketika dihadapkan pada gejala-gejala alam yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, sehingga proses pembelajaran Proyek Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial tidak diajarkan hanya dengan hapalan.
Melalui pemanfaatan lahan di sekitar sekolah atau sumber belajar lain di luar sekolah dapat memungkinkan peserta didik untuk belajar secara langsung mengenai fenomena alam berdasarkan pengamatannya sendiri sehingga proses pembelajaran lebih bermakna (Saptono 2009). Oleh sebab itu Outdoor Learning penting untuk diterapkan dalam pembelajaran. Begitu juga dengan inkuiri, pendekatan ini memiliki keuntungan sebagai berikut: 1) peserta didik terlibat secara maksimal dalam proses pembelajaran; 2) kegiatan pembelajaran terarah secara logis dan sistematis sesuai dengan tujuan pembelajaran; 3) mengembangkan sikap percaya diri (self-belief) pada diri peserta didik tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri (Gulӧ 2002). Pembelajaran Outdoor Learning berbasis inkuiri memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membangun pengetahuannya sendiri secara aktif melalui pengalaman belajar yang memadai. Peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang konsep Proyek Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial dengan cara membangun pengetahuannya sendiri sehingga hasil belajar yang dicapai dapat maksimal.
Proses pembelajaran yang cenderung didominasi oleh guru menyebabkan rendahnya aktivitas peserta didik dalam kegiatan pembelajaran sehingga hasil belajar kurang memenuhi kriteria ketuntasan minimum, pada observasi awal peserta didik yang mencapai kriteria ketuntasan minimum sebesar 60 % dan yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimum sebesar 40% dengan nilai rata-rata yang peserta didik peroleh dari materi tersebut sebesar 70,5. Pemanfaatan potensi alam di sekitar SMK Negeri 1 Bawang sebagai sumber belajar dapat melibatkan peserta didik secara langsung dalam proses pembelajaran. Winkel (dalam Darsono, 2000) mengungkapkan, belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dengan interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap. Kegiatan pembelajaran harus dikelola secara optimal yang mengarah pada aktivitas peserta didik agar peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang memadai untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan yang diharapkan dapat dikuasai oleh peserta didik. Dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, kegiatan pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru dan dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Dari kondisi pembelajaran ini diperlukan sebuah tindakan untuk dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar peserta didik . Untuk itu penulis melakukan tindakan berupa Penerapan Outdoor Learning berbasis inkuiri dalam pembelajaran sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Dalam kegiatan Outdoor Learning berbasis inkuiri peserta didik tidak hanya sekedar melakukan pengamatan saja, dan mengutamakan kegiatan yang menyenangkan tetapi juga dapat meningkatkan keterampilan proses ilmiah peserta didik sehingga hasil belajar akan meningkat.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penelitian ini menitik beratkan kepada masalah-masalah yang meliputi:
- pembelajaran yang ada selama ini belum merangsang peningkatan aktivitas peserta didik
- pembelajaran yang dilakukan belum meningkatkan hasil belajar peserta didik
- pembelajaran belum menggunakan metode pembelajaran yang menarik, aktif dan kreatif
- hasil pembelajaran peserta didik banyak yang kurang memenuhi Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP).
Pembatasan Masalah
Agar lebih terfokus, dalam penelitian ini penulis membatasi masalah tentang penerapan pembelajaran Outdoor Learning berbasis inkuiri untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada materi Makhluk Hidup dan Lingkungannya. Penerapan Outdoor Learning berbasis inkuiri dalam penelitian ini merupakan pendekatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang menuntut peserta didik untuk berperan aktif dalam mengeksplorasi lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar untuk menemukan sendiri inti dari materi dalam pembelajaran. Aktivitas dalam penelitian ini adalah mencakup aktivitas yang bersifat fisik (jasmani) dan mental (rohani). Hasil belajar dalam penelitian ini relevan dengan teori kontruktivistik dan behaviorisme. Hasil belajar dalam penelitian ini relevan dengan teori behaviorisme untuk mengukur kemampuan kognitif peserta didik dan penelitian ini relevan dengan teori kontruktivistik karena dalam teori ini menekankan pada pemahaman konsep dan kompetensi peserta didik dalam memperoleh suatu pemahaman atau konsep. Gagasan Piaget relevan dengan inkuiri sebagai pembelajaran penemuan (Rustaman 2005). Outdoor Learning berbasis inkuiri menghadapkan peserta didik secara langsung dengan gejala yang ada di alam sekitar sehingga peserta didik dapat membangun pengetahuan sendiri.
Penilaian hasil belajar didefinisikan secara operasional sebagai skor tes yang diperoleh dari nilai posttest untuk mengetahui hasil belajar dalam ranah kognitif, skor aktivitas peserta didik diperoleh dari hasil angket aktivitas inkuiri peserta didik selama Outdoor Learning berlangsung.
Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang penelitian, identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah:
- apakah penerapan pembelajaran Outdoor Learning berbasis inkuiri dapat meningkatkan aktivitas peserta didik kelas X SMK Negeri 1 Bawang pada pembelajaran Proyek Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial materi makhluk hidup dan lingkungannya?
- apakah penerapan pembelajaran Outdoor Learning berbasis inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas X SMK Negeri 1 Bawang pada pembelajaran Proyek Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial materi makhluk hidup dan lingkungannya?
TUJUAN PENELITIAN
- Tujuan Umum
- untuk meningkatkan aktivitas peserta didik kelas Kelas SMK Negeri 1 Bawang pada pembelajaran Projek Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial materi Makhluk Hidup dan Lingkungannya.
- untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas SMK Negeri 1 Bawang pada pembelajaran Projek Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial materi Makhluk Hidup dan Lingkungannya.
- untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik kelas Kelas SMK Negeri 1 Bawang pada pembelajaran Projek Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial materi Makhluk Hidup dan Lingkungannya.
- Tujuan Khusus
- melalui penerapan pembelajaran Outdoor Learning berbasis inkuiri untuk meningkatkan aktivitas peserta didik kelas Kelas SMK Negeri 1 Bawang pada pembelajaran Projek Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial materi Makhluk Hidup dan Lingkungannya.
- melalui penerapan pembelajaran Outdoor Learning berbasis inkuiri untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas Kelas SMK Negeri 1 Bawang pada pembelajaran Projek Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial materi Makhluk Hidup dan Lingkungannya.
- melalui penerapan pembelajaran Outdoor Learning berbasis inkuiri untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik kelas Kelas SMK Negeri 1 Bawang pada pembelajaran Projek Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial materi Makhluk Hidup dan Lingkungannya.
Manfaat Penelitian
Peneliti berharap, hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat, yaitu:
Manfaat bagi peserta didik
- dapat meningkatkan aktivitas peserta didik.
- dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
- dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik
Manfaat bagi Peneliti
- dapat meningkatnya aktivitas peserta didik melalui penerapan pembelajaran pembelajaran Outdoor Learning berbasis inkuiri pada peserta didik kelas Kelas SMK Negeri 1 Bawang pada pembelajaran Proyek Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial materi Makhluk Hidup dan Lingkungannya.
- dapat meningkatnya hasil belajar melalui penerapan pembelajaran pembelajaran Outdoor Learning berbasis inkuiri pada peserta didik kelas Kelas SMK Negeri 1 Bawang pada pembelajaran Proyek Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial materi Makhluk Hidup dan Lingkungannya.
- dapat meningkatnya aktivitas dan hasil belajar melalui penerapan pembelajaran pembelajaran Outdoor Learning berbasis inkuiri pada peserta didik kelas Kelas SMK Negeri 1 Bawang pada pembelajaran Proyek Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial materi Makhluk Hidup dan Lingkungannya.
- Manfaat bagi teman sejawat
- sebagai bahan informasi dan acuan untuk melakukan pembelajaran yang menarik,aktif dan kreatif.
- sebagai bahan informasi dan acuan dalam penyusunan penelitian tindakan
Manfaat bagi Sekolah.
- sebagai acuan dan informasi dalam pelaksanaan tindakan kelas di sekolah.
- sebagai bahan pertimbangan dan informasi dalam pengambilan kebijakan disekolah terkait peningkatan aktivitas dan hasil belajar peserta didik.
- sebagai bahan pertimbangan dalam penyediaaan sarana dan prasarana di sekolah terkait pembelajaran yang menggunakan Outdoor Learning berbasis inkuiri.
- sebagai bahan acuan dan pertimbangan untuk peningkatan penerapan penelitian tindakan kelas untuk guru dan pihak yang bersangkutan disekolah
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik SMK Negeri 1 Bawang dalam pembelajaran materi makhluk hidup dan lingkunganya dengan menggunakan Outdoor Learning berbasis Inkuiri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Outdoor Learning Berbasis Inkuiri
Outdoor Learning merupakan salah satu strategi pembelajaran yang memanfaatkan alam sebagai sumber belajar sehingga memungkinkan peserta didik berinteraksi langsung dengan keadaan alam nyata. Syawiji (2009) menyatakan banyak penulis berbeda dalam mendefinisikan Outdoor Learning, ada penulis yang menyebut Outdoor Learning sebagai Outdoor Education dan ada pula yang menyebutnya dengan Outdoor Study. Menurut Parkin (1998) Outdoor education memiliki arti yang berbeda bagi banyak orang tergantung pada sifat dari aplikasi dan konteks di mana alam bebas digunakan sebagai sumber belajar. Saptono (2009) mengatakan bahwa pembelajaran luar ruang mengutamakan pemanfaatan lahan di sekitar sekolah atau sumber belajar lain di luar sekolah, sehingga memungkinkan peserta didik belajar secara langsung mengenai fenomena alam berdasarkan pengamatannya sendiri.
Oudoor Education mencakup tiga aspek yaitu aktivitas luar ruangan, pengembangan kepribadian dalam bermasyarakat dan pendidikan lingkungan hidup (Newman, 2004). Metode Outdoor Study, Outdoor Education atau Outdoor Learning hakikatnya merupakan metode pembelajaran di luar ruangan yang memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan potensi yang dimiliki. Outdoor Learning menekankan pada proses belajar induktif (berdasarkan fakta nyata), materi pembelajaran secara langsung dialami melalui kegiatan pembelajaran (eksperimental learning). Peserta didik dapat lebih membangun makna dalam memori/ingatan, dapat mengevaluasi tindakan, selanjutnya menentukan tujuan yang akan dicapai dengan memprediksi kemungkinan yang akan terjadi (Haryanti, 2008). Tahap pembelajaran dengan menggunakan metode Outdoor Learning meliputi: melakukan (doing), mengindra atau mengobservasi (sensing/observing) dan membuat (making) dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Ketiga tahap yang dilakukan dalam Outdoor Learning dapat meningkatkan pemahaman konsep secara mendalam dan mengembangkan creative thinking karena dalam kegiatan Outdoor Learning peserta didik dituntut untuk menemukan suatu konsep dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar sehingga pembelajaran lebih bermakna.
Alam sebagai sumber belajar merupakan solusi ketika terjadi kejenuhan terhadap pembelajaran di dalam ruang. Pembelajaran yang dilakukan di alam akan dapat dirasakan langsung manfaatnya oleh setiap individu yaitu akan lebih mudah dalam memahami materi pembelajaran. Parkin (1998) mengatakan Outdoor Learning yang dilakukan di tempat dan lingkungan yang dapat menyumbangkan perkembangan ilmu pengetahuan, ketrampilan dan sikap berpikir yang diinginkan untuk menumbuhkan kesadaran lingkungan. Menurut Dimopoulos (2009) kepedulian terhadap lingkungan dapat ditunjukkan melalui Ecological Foundation Level (pengetahuan dasar mengenai lingkungan), Conceptual Awareness Level (menganalisis isu-isu di lingkungan), Investigation and Evaluation Level (menelusuri dan mengevaluasi masalah lingkungan dan memikirkan solusinya), dan Environmental Action Skills Level (Aplikasi pengetahuan untuk mengatasi permasalahan lingkungan). Jadi dapat disimpulkan bahwa Outdoor Learning mampu meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan sekitar yang dapat ditunjukkan dari empat aspek yaitu pengetahuan dasar mengenai lingkungan, menganalisis isu-isu di lingkungan, mengevaluasi dan memecahkan masalah lingkungan dan mengatasi permasalahan di lingkungan sekitar.
Outdoor Learning memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya antara lain;1) peserta didik belajar dalam kondisi menyenangkan, strategi ini didasarkan pada learning by doing, peserta didik dapat berinteraksi langsung dengan alam nyata, peserta didik dapat mengamati secara langsung fenomena alam di sekitar sekolah. Adapun kekurangan Outdoor Learning adalah: 1) pengelolaan yang cukup merepotkan guru, 2) belum tentu setiap sekolahan memiliki lahan yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar, 3) membutuhkan manajemen waktu yang ketat (Saptono, 2009). Oleh karena itu dalam penerapan Outdoor Learning perlu perencanaan dan pengkoordinasiaan pembelajaran secara baik agar pembelajaran optimal. Keberhasilan tidak hanya tergantung pada metode saja, peserta didik juga memegang peranan penting dalam pembelajaran. Walaupun banyak peserta didik yang merasa enjoy melakukan Outdoor Learning, tetapi sebagian peserta didik masih ada yang mengalami kesulitan untuk memahami hubungan antara apa yang dipelajari dengan yang mereka lakukan dalam Outdoor Learning, maka sebelum melakukan Outdoor Learning tujuan pembelajaran perlu dijelaskan.
Kegiatan Outdoor Learning yang sering dilakukan belum mendekati konteks pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan kegiatan inkuiri. Dalam kegiatan Outdoor Learning yang dilakukan peserta didik hanya sekedar melakukan pengamatan saja, dan mengutamakan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan, sedangkan ketrampilan proses ilmiah peserta didik kurang terasah. Outdoor Learning dapat digabungkan dengan pendekatan inkuiri yang berpotensi mempengaruhi hasil belajar peserta didik, baik dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotornya. Kemampuan bekerja ilmiah (scientific inquiry) penting dikembangkan dalam pembelajaran sains tiap jenjang karena dalam kegiatan pembelajarannya melibatkan secara maksimal sehingga menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, bekerja, dan bersikap ilmiah (Rustaman, 2005; Wibowo, 2010; Gulӧ, 2002). Pembelajaran berbasis inkuiri menekankan kepada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang sehingga pembelajaran menjadi bermakna. Penerapan pembelajaran inkuiri dapat mengembangkan kecakapan peserta didik dalam bekerja sama, merumuskan masalah, menganalisis serta membuat kesimpulan, selain itu dapat mengembangkan kecakapan berkomunikasi baik secara tertulis maupun lisan.
Inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual saja tetapi seluruh potensi yang ada termasuk pengembangan emosional dan pengembangan ketrampilan. Wenning (2010) mengatakan bahwa mengajar dengan inkuiri dapat menghasilkan warga negara yang produktif, karena dapat melatih seseorang untuk mengidentifikasi masalah otentik dalam dunia nyata dan menemukan solusinya. Gulӧ (2002) mengatakan inkuiri merupakan sebuah proses yang bermula dari merumuskan masalah, mengembangkan hipotesis, mengumpulkan bukti, menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan. Semua tahap dalam proses inkuiri tersebut merupakan kegiatan peserta didik, guru berperan untuk mengoptimalkan kegiatan tersebut pada proses belajar sebagai motivator, fasilitator, pengarah.
Untuk menciptakan kondisi inkuiri peranan guru sebagai berikut: 1) motivator, yang memberi rangsangan supaya peserta didik aktif dan bergairah dalam berpikir; 2) fasilitator, menunjukkan jalan keluar jika peserta didik mengalami kesulitan; 3) penanya, menyadarkan peserta didik dari kekeliruan, 4) administrator, bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan pembelajaran; 5) pengarah, yang memimpin kegiatan pembelajaran; 6)manager, mengelola sumber belajar,waktu, dan organisasi kelas; 7) rewarder, memberi penghargaan pada peserta didik yang berprestasi (Gulӧ, 2002). Jadi guru bertindak sebagai agen perubahan dalam hal ini guru membantu pengembangan perubahan dalam mengajarkan sains. Implikasi dari inkuiri dalam pembelajaran sains menuntut guru untuk menyiapkan kegiatan yang memungkinkan peserta didik mengidentifikasi informasi sains secara kritis dimana peserta didik terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran . Mengajar sains melalui inkuiri memberikan peluang kepada guru sains untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dan memperkaya pemahaman sains peserta didik.
Outdoor Learning berbasis inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar yang memungkinkan peserta didik untuk merumuskan masalah, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, menumbuhkan sikap objektif dan pada akhirnya dapat mencapai kesimpulan yang disetujui bersama, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.
Aktivitas
Suradi dalam Sardiman (2001) menyatakan bahwa salah satu ciri terjadinya proses belajar adalah ditandai dengan adanya aktivitas peserta didik. Aktivitas peserta didik dalam belajar tidak hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim terjadi pada pembelajaran umumnya, namun hendaknya mencakup aktivitas yang bersifat fisik (jasmani) dan mental (rohani).
Keterlibatan peserta didik dalam kegiatan belajar dengan berbagai aktivitas yang telah diuraikan, akan menciptakan suasana belajar yang tidak membosankan dan kegiatan belajar mengajar akan berjalan maksimal. Aktivitas peserta didik dalam penelitian ini didefinisikan secara oprasional menjadi skor angket aktivitas peserta didik selama kegiatan pembelajaran Outdoor Learning berbasis inkuiri berlangsung. Skor aktivitas tersebut dianalisis untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dan aktivitas peserta didik kelas X semester ganjil melalui Outdoor Learning berbasis inkuiri pada materi Makhluk Hidup dan Lingkungannya di SMK Negeri 1 Bawang.
Hasil Belajar
Piaget berpendapat bahwa hasil belajar menurut teori kognitif merupakan gabungan pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki yang tertata dalam bentuk struktur kognitif (Walgito 2003). Hasil belajar menurut teori ini diperoleh dari proses sintesis informasi yang diukur dari pemahaman konsep dan kompetensi peserta didik secara aktif dalam mengolah informasi.
Teori behavioristik relevan dengan penelitian pengaruh Outdoor Learning berbasis inkuiri terhadap hasil belajar materi Makhluk Hidup dan Lingkungannya karena menggunakan soal-soal pilihan ganda yang bersifat hafalan untuk mengukur kemampuan kognitif peserta didik. Teori kontruktivistik Piaget juga relevan dengan pembelajaran Outdoor Learning berbasis inkuiri. Gagasan Piaget relevan dengan inkuiri sebagai pembelajaran penemuan (Rustaman 2005). Dengan kata lain guru tidak lagi ceramah dan meminta peserta didik untuk mengingat dan menghafal informasi ketika diuji. Penelitian ini menghadapkan peserta didik secara langsung dengan gejala yang ada di alam sekitar sehingga peserta didik dapat menemukan sendiri mengenai materi yang sedang dipelajari.
Hasil belajar dalam penelitian ini didenifisikan secara operasional sebagai skor test yang diambil dari nilai posttest materi Makhluk Hidup dan Lingkungannya. Skor test tersebut dianalisis untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dan aktivitas peserta didik kelas X semester ganjil melalui Outdoor Learning berbasis inkuiri pada materi Makhluk Hidup dan Lingkungannya di SMK Negeri 1 Bawang.
KERANGKA BERPIKIR
Hipotesis pada penulisan ini disusun berdasarkan kerangka berpikir sebagai berikut:
Gambar 1. Kerangka Berpikir
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian Serta Pihak yang membantu
Subjek pelaksanaan Penelitian
Subjek Penelitian ini dilaksanakan pada peserta didik kelas X SMK Negeri 1 Bawang pada semester ganjil. Penelitian dilakukan di kelas X Tahun Ajaran 2023/2024 yang berjumlah 36 peserta didik.
Tempat Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini bertempat di SMK Negeri 1 Bawang yang beralamat di Jalan Raya Pucang No.132 Bawang Banjarnegara, Jawa Tengah.
Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan mulai bulan Juli 2020 sampai dengan bulan Agustus 2023. Penelitian direncanakan dalam tiga siklus perbaikan pembelajaran.
Mata Pelajaran
Mata pelajaran yang menjadi fokus perbaikan pembelajaran adalah mata pelajaran Projek Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial, pada materi makhluk hidup dan lingkungannya.
Pihak yang membantu
Pihak – pihak yang membantu dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Bawang selaku pemberi ijin penelitian, Supervisor 1, Supervisor 2, dan rekan guru di SMK Negeri 1 Bawang.
Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Penelitian ini mengacu pada desain Penelitian Tindakan Kemmis dan Taggart dengan sedikit modifikasi. Adapun prosedur penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu : perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, tindakan dan refleksi. Hasil refleksi dari tiap siklus digunakan sebagai acuan untuk merencanakan tindakan pada siklus selanjutnya, dengan memperbaiki kelemahan pada siklus tersebut. Di dalam pelaksanaan siklus satu dengan lainnya, diterapkan model maupun metode pembelajaran yang sama dengan berbagai perbaikan sesuai dengan materi pelajaran yang diajarkan. Adapun Prosedur penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu :
Persiapan Penelitian
Kegiatan yang dilakukan adalah :
- Melakukan observasi awal untuk identifikasi masalah
- Menentukan bentuk tindakan berupa penerapan model pembelajaran Outdoor Learning berbasis inkuiri dalam kegiatan pembelajaran materi pokok mkahluk hidup dan lingkungannya.
- Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, Rencana Pembelajaran, Lembar Kerja Peserta Didik.
- Membuat angket aktivitas peserta didik.
- Menyusun soal evaluasi.
- Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam empat tahap kegiatan, yaitu :
Perencanaan tindakan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mempersiapkan Rencana Perbaikan Pembelajaran, angket aktivitas inkuiri peserta didik dalam kegiatan Outdoor Learning, lembar diskusi peserta didik.
Pelaksanaan tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran, menerapkan model pembelajaran Outdoor Learning berbasis inkuiri pada pembelajaran materi pokok makhluk hidup dan lingkungannya.
Refleksi
Hasil yang diperoleh dari tahap observasi dianalisis pada tahap ini. Berdasarkan analisis tersebut, guru melaksanakan refleksi. Hasil analisis data digunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya.
Rencana penelitian
Siklus Pertama
Perencanaan
Pada tahap ini yang perlu dipersiapkan adalah instrumen penelitian yang meliputi:
- Rencana pembelajaran dengan penerapan Outdoor Learning berbasis inkuiri pada pokok bahasan makhluk hidup dan lingkungannya
- Lembar kerja peserta didik yang dikerjakan peserta didik dalam kegiatan belajar
- Angket keterlaksanaan aktivitas inkuiri dalam Outdoor Learning
- Lembar soal Tes hasil belajar
Pelaksanaan
Pada tahap ini tindakan yang dilakukan diantaranya:
- Peserta didik diberi penjelasan mengenai pembelajaran dengan Outdoor Learning berbasis inkuiri, peneliti memberikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran.
- Peserta didik ditugaskan untuk saling bekerjasama mengamati komponen ekosistem di lingkungan sekolah pada kelompoknya masing – masing.
- Hasil pengamatan kemudian didiskusikan pada kelompoknya masing– masing dengan didampingi guru.
- Peneliti bersama peserta didik menyimpulkan hasil pembelajaran.
- Pengamatan
Selama tahap pelaksanaan peneliti melakukan pengamatan aktivitas peserta didik.
- Refleksi
Pada tahap ini peneliti bersama guru dan pengamat melihat dan mempertimbangkan dampak dari tindakan yang telah dilakukan. Hasil yang diperoleh dan permasalahan yang muncul pada pelaksanaan tindakan dipakai sebagai dasar untuk melakukan perencanaan ulang pada siklus berikutnya.
- Siklus kedua
- Perencanaan
Pada tahap ini yang perlu dipersiapkan adalah instrumen penelitian yang meliputi:
- Rencana pembelajaran dengan penerapan Outdoor Learning berbasis inkuiri pada pokok bahasan makhluk hidup dan lingkungannya
- Lembar Kerja Peserta Didik Outdoor Learning
- Angket keterlaksanaan inkuiri dalam Outdoor Learning
- Lembar soal Tes hasil belajar
- Pelaksanaan
Pada tahap ini tindakan yang dilakukan diantaranya:
- Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran dan penjelasan mengenai pembelajaran dengan Outdoor Learning berbasis inkuiri.
- Peserta didik dibagi kedalam kelompok heterogen dan disiapkan untuk melakukan eksplorasi materi dengan pembelajaran di luar kelas
- Peserta didik bekerjasama mengamati komponen ekosistem pada kelompoknya masing – masing
- Peserta didik mendiskusikan hasil pengamatan, peneliti melakukan bimbingan diskusi pada peserta didik
- Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi
- Peneliti bersama peserta didik menyimpulkan hasil pembelajaran.
- Pengamatan
Selama pelaksanaan peneliti melakukan pengamatan aktivitas peserta didik.
- Refleksi
Pada tahap ini peneliti bersama guru dan pengamat melihat dan mempertimbangkan hasil dan dampak dari tindakan yang telah dilakukan.
- Teknik Analisis Data
Teknik pengumpulan data sangat berpengaruh terhadap hasil penelitian. Dalam penelitian ini, sumber data berasal dari peserta didik dan merupakan jenis data kuantitatif. Data dan cara pengambilan data dalam penelitian ini adalah:
- Data utama
Data utama pada penelitian ini meliputi :
- Skor aktivitas inkuiri peserta didik dalam Outdoor Learning.
- Skor hasil belajar peserta didik pada materi Makhluk Hidup dan Lingkungannya.
- Cara pengambilan data
- data skor aktivitas inkuiri peserta didik dalam Outdoor Learning diambil dengan menggunakan angket tingkat keterlaksanaan aktivitas inkuiri.
- data mengenai hasil belajar diperoleh dari soal evaluasi.
- Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :
- Analisis Skor Aktivitas Inkuiri dalam Outdoor Learning.
Analisis ini diukur berdasarkan skor aktivitas inkuiri yang diselesaikan peserta didik selama Outdoor Learning berlangsung. Angket tingkat keterlaksanaan aktivitas inkuiri dijawab oleh peserta didik pada setiap pertemuan pembelajaran yang mempunyai 2 kategori jawaban yaitu jawaban ya (skor 1) dan tidak (skor 0). Skor aktivitas dalam Outdoor Learning dikategorikan sebagai berikut: Skor : X<20 (Rendah), 20≤x< 40 (Sedang), 40≤ x≤ 45(Tinggi).
- Analisis Data Hasil Belajar
Hasil belajar peserta didik dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes obyektif.
N= ∑ soal benar x 100
Jumlah soal
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan judul Peningkatan Hasil Belajar Projek Ilmu Pengetahuan Alam Sosial Materi Makhluk Hidup dan Lingkungannya Melalui Pembelajaran Outdoor Learning Berbasis Inkuiri Pada Peserta Didik Kelas X SMK Negeri 1 Bawang Semester Ganjil Tahun Ajaran 2023/2024 dengan kegiatan sebagai berikut :
- Prasiklus
- Aktivitas peserta didik pra siklus
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa skor rata – rata aktivitas peserta didik hanya mencapai 17,5 dengan kriteria rendah. Sehingga perlu dilakukan perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas belajar peserta didik.
- Hasil Test Prasiklus
Berdasarkan test pada pra siklus yang dilakukan sebelum pelaksanaan rencana perbaikan siklus pertama diperoleh hasil nilai sebagai berikut :
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa hanya ada 13 peserta didik yang tuntas atau 36,1% yaitu dengan memperoleh nilai lebih dari 75 sesuai dengan KKTP. Sedangkan peserta didik yang belum tuntas atau dibawah KKTP mencapai 23 peserta didik atau 63,8% dan nilai rata-rata kelas adalah 70,5. Hal ini disebabkan karena peserta didik belum menerima materi pembelajaran tentang Makhluk Hidup dan Lingkungannya dengan penerapan pembelajaran Outdoor Learning berbasis inkuiri.
Hasil dari test pra siklus ini digunakan untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam melaksanakan rencana perbaikan pembelajaran Projek Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial pada materi Makhluk Hidup dan Lingkungannya.
- Siklus Pertama
- Rancangan Awal
Kegiatan ini dilaksanakan sesuai rencana tindakan yang ada pada bab III Metode Penelitian, juga perlu adanya penekanan tentang :
- Kemampuan guru dalam memotivasi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran
- Kemampuan guru dalam menggunakan metode pembelajaran.
- Kemampuan guru dalam berinteraksi dengan peserta didik.
- Kemampuan guru dalam membimbing peserta didik selama kegiatan pembelajaran.
- Kemampuan guru dalam mengelola waktu kegiatan pembelajaran.
Sebelum melakukan kegiatan pembelajaran ada beberapa hal yang harus dipersiapkan oleh guru yaitu: konsep atau materi pembelajaran tentang Makhluk Hidup dan Lingkungannya, Modul Pembelajaran, Lembar Kerja Peserta didik (LKPD), soal–soal test Makhluk Hidup dan Lingkungannya serta analisis hasil latihan soal peserta didik, angket keterlaksanaan aktivitas inkuiri dalam Outdoor Learning.
- Tindakan dan Pengamatan
- Pendahuluan
Pada awal kegiatan pembelajaran guru memotivasi peserta didik dengan memberikan permasalahan sesuai materi yang akan dipelajari bersama dan menyampaikan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran.
- Kegiatan Inti
- Guru membagi peserta didik dalam kelompok – kelompok
- Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dalam kelompok-kelompok diskusi yang terdiri 4 orang dalam kelompok dan bersifat heterogen artinya tiap kelompok ada laki-laki dan perempuan, berkemampuan tinggi dan berkemampuan rendah.
- Guru mengajak peserta didik tersebut ke kebun dan sawah di sekitar sekolah untuk mengamati Makhluk Hidup dan Lingkungannya.
- Setelah pengamatan di kebun dan sawah guru mengajak peserta didik untuk mendiskusikan hasil pengamatan dengan lembar diskusi peserta didik.
- guru membimbingya serta mengamati aktivitas yang dilakukan peserta didik jika ada kesulitan.
- Kegiatan pembelajaran berikutnya yaitu peserta didik berdiskusi guru bersama peserta didik membahas hasil diskusi peserta didik dengan meminta dari masing-masing kelompok peserta didik mempresentasikan hasil diskusi . Sedangkan peserta didik yang lain memberikan tanggapan. Proses ini berjalan sampai semua soal-soal yang diberikan guru dalam Lembar diskusi terjawab semuanya.
- Penutup
- Guru memberikan kesempatan bertanya pada peserta didik mengenai kesulitan selama melakukan kegiatan pembelajaran Makhluk Hidup dan Lingkungannya.
- Untuk mengetahui skor aktivitas peserta didik dalam Outdoor Learning berbasis inkuiri guru memberikan angket keterlaksanaan aktivitas inkuiri dalam Outdoor Learning.
- Refleksi
Setelah tahap kegiatan dan pengamatan pada siklus pertama diperoleh gambaran sebagai berikut:
- Kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan Outdoor learning kurang berjalan dengan efektif karena tidak ada lembar kerja peserta didik sebagai panduan
- Diskusi kelompok, peserta didik sudah dapat berperan aktif dalam mengikuti pembelajaran karena sebagian peserta didik masih belum memahami materi pembelajaran dari guru.
Kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus pertama akan dijadikan masukan dalam pembenahan atau perbaikan pada siklus kedua. Pembenahan atau perbaikan pada siklus kedua antara lain :
- Guru harus menyiapkan Lembar Kerja Peserta didik Outdoor Learning Sebagai panduan peserta didik untuk melakukan pengamatan Makhluk Hidup dan Lingkungannya dan memahami materi.
- Kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik. Peserta didik sebagai subyek bukan sebagai obyek. Kegiatan pembelajaran menjadi aktif, kreatif, dan menyenangkan.
- Skor Keterlaksanaan Aktivitas Inkuiri dalam Outdoor Learning
Skor aktivitas inkuiri diperoleh dari angket keterlaksanaan aktivitas inkuiri. Angket tingkat keterlaksanaan terdiri dari 40-50 pertanyaan mengenai aktivitas yang peserta didik kerjakan selama pembelajaran Outdoor Learning berlangsung dapat di tabel 4.3.
Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa skor rata – rata aktivitas inkuiri dalam Outdoor Learning pada siklus 1 sebesar 32,5. Skor tersebut masuk pada kriteria sedang. Jadi prestasi aktivitas peserta didik meningkat dibanding aktivitas di prasiklus atau sebelum perbaikan pembelajaran siklus pertama.
- Hasil Belajar Siklus Pertama
Tabel 4.4 Hasil Belajar Siklus 1
Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa ada 28 peserta didik yang tuntas dari 36 peserta didik. Sehingga dapat dihitung ketuntasan peserta didik pada pelaksanaan perbaikan siklus pertama mencapai 81%. Sedangkan peserta didik yang belum tuntas ada 8 peserta didik dengan prosentase 19%. Dengan nilai rata – rata sebesar 74.Jadi prestasi belajar peserta didik meningkat dibanding hasil pre-test atau sebelum perbaikan pembelajaran siklus pertama.
- Siklus Kedua
- Rancangan Awal
Pada siklus kedua rancangan dilakukan berdasarkan hasil pada siklus pertama.
Sedangkan yang perlu diperbaiki pada perbaikan pembelajaran siklus kedua adalah:
- Guru harus menyiapkan Lembar Kerja Peserta didik Outdoor Learning sebagai panduan peserta didik untuk memahami materi dan melakukan kegiatan pengamatan.
- Guru sebagai fasilitator. Sehingga terjadi interaksi antara guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik.
Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus kedua, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan diantaranya materi yang diajarkan yaitu operasi hitung bilangan bulat, Modul Ajar, Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD), lembar Diskusi Peserta didik dan soal-soal test tentang perkembang biakan tumbuhan, perlengkapan berupa contoh tumbuhan yaitu batang Jambu biji dan batang ketela pohon.
- Tindakan dan Pengamatan
- Pendahuluan
Pada awal kegiatan pembelajaran guru menyampaikan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran.
- Kegiatan Inti
- Guru membagi peserta didik dalam kelompok – kelompok
- Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dalam kelompok-kelompok diskusi yang terdiri 4 orang dalam kelompok dan bersifat heterogen
- Guru memberikan LKPD Outdoor Learning berbasis inkuiri untuk panduan pengamatan dalam pembelajaran
- Setelah pengamatan dikebun guru mengajak peserta didik untuk mendiskusikan hasil pengamatan dengan lembar diskusi peserta didik.
- guru membimbingya serta mengamati aktivitas yang dilakukan peserta didik jika ada kesulitan.
- Kegiatan pembelajaran berikutnya yaitu guru bersama peserta didik membahas hasil diskusi peserta didik dengan meminta dari masing-masing kelompok peserta didik mempresentasikan hasil diskusi.
- Penutup
- Guru memberikan kesempatan bertanya pada peserta didik mengenai kesulitan selama pembelajaran Makhluk Hidup dan Lingkungannya.
- Untuk mengetahui skor aktivitas peserta didik dalam Outdoor Learning berbasis inkuiri guru memberikan angket keterlaksanaan aktivitas inkuiri dalam Outdoor Learning.
- Skor Keterlaksanaan Aktivitas Inkuiri dalam Outdoor Learning Siklus II
Skor aktivitas inkuiri diperoleh dari angket keterlaksanaan aktivitas inkuiri.
Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa skor rata – rata aktivitas inkuiri dalam Outdoor Learning pada siklus 2 sebesar 41,2. Skor ini tergolong pada kriteria tinggi. Jadi aktivitas peserta didik meningkat dibanding aktivitas inkuiri peserta didik dalam Outdoor Learning pada siklus pertama.
Hasil Test Siklus Kedua
Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa ada 34 peserta didik yang tuntas dari 36 peserta didik. Sehingga dapat dihitung ketuntasan peserta didik pada pelaksanaan perbaikan siklus kedua mencapai 94%. Sedangkan peserta didik yang belum tuntas ada 2 peserta didik dengan prosentase 6%. Jadi prestasi belajar peserta didik meningkat dibanding hasil kegiatan pembelajaran pada siklus pertama atau sebelum perbaikan pembelajaran siklus kedua. Sedang nilai rata-rata kelas mencapai 82. Hal ini membuktikan bahwa kegiatan pembelajaran Projek Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial dengan penerapan Outdoor learning berbasis inkuiri meningkatkan hasil belajar pada peserta didik kelas X SMK Negeri 1 Bawang. Dengan demikian pelaksanaan perbaikan pembelajaran hanya sampai pada tahap siklus kedua.
Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Hasil Belajar Peserta didik
Secara teoritis, Outdoor Learning Berbasis Inkuiri berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik, sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh (Ali, 2008; Syawiji, 2009; Ismawati, 2007). Penelitian ini melihat kembali apakah penerapan Outdoor Learning Berbasis Inkuiri meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi Makhluk Hidup dan Lingkungannya.
Melalui aktivitas inkuiri dalam Outdoor Learning peserta didik berkesempatan untuk mengonstruksi sendiri pengetahuan dengan cara berpikir kritis dan mendapatkan pengalaman nyata, sehingga pembelajaran lebih bermakna. Kegiatan mengamati merupakan dasar dari keterampilan proses sains yang dialami peserta didik (Rahmiazasi 2004).
Dari uraian hasil penelitian di atas diperoleh bahwa pada saat pra siklus didapat nilai rata- rata peserta didik 70,5 dengan ketuntasan peserta didik hanya mencapai 39%. Hal ini menunjukan bahwa hasil yang dicapai peserta didik pada awal pembelajaran, materi Makhluk Hidup dan Lingkungannya masih kurang. Perlu adanya perbaikan pembelajaran pada siklus pertama dan siklus kedua.
Perbaikan pembelajaran melalui siklus pertama dan siklus kedua keberhasilan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan dalam penerapan Outdoor Learning berbasis inkuiri peserta didik lebih banyak berinteraksi secara langsung dengan lingkungan dan mengembangkan gagasannya dalam kelompok. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Wright (1996) menyatakan aktivitas inkuiri peserta didik dapat meningkatkan daya nalar dan penguasaan konsep pada peserta didik sehingga hasil belajar meningkat. Sementara itu pada saat pra siklus peserta didik lebih banyak mendapatkan pengetahuan secara langsung dari ceramah guru.
Pada siklus pertama rata-rata nilai peserta didik mencapai 74. Sedangkan prosentase ketuntasan belajar peserta didik mencapai 81% dan peserta didik tidak tuntas dalam kegiatan pembelajaran mencapai 19% dengan jumlah peserta didik 36 anak. Pada siklus kedua prosentase ketuntasan belajar peserta didik mencapai 94% dan tidak tuntas mencapai 6%. Sedangkan nilai rata-rata mencapai 82. Dari hasil kegiatan pembelajaran melalui perbaikan pembelajaran dengan tahapan persiklus dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan Outdoor Learning berbasis inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dan menanamkan konsep dalam belajar Makhluk Hidup dan Lingkungannya kelas X SMK Negeri 1 Bawang.
Aktivitas Peserta didik
Pada kegiatan pra siklus aktivitas peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran masih belum mencapai hasil yang memuaskan. Hal ini terlihat saat kegiatan pembelajaran berlangsung, peserta didik kurang memahami materi yang disampaikan guru, peserta didik selalu diam tidak mau bertanya pada guru, sehingga tidak ada interaksi antara guru dengan peserta didik, atau peserta didik dengan peserta didik.
Kegiatan pembelajaran siklus pertama yang dilakukan belum menggunakan Lembar Kerja Peserta didik dalam proses pembelajaran, hal ini menyebabkan peserta didik kebingungan dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Dalam diskusi kelompok, peserta didik belum dapat berperan aktif dalam mengikuti pembelajaran karena sebagian peserta didik masih belum memahami materi pembelajaran dari guru.
Sedangkan pada pelaksanaan kegiatan perbaikan pembelajaran pada siklus kedua seluruh peserta didik mulai aktif, berani berpendapat atau mengajukan pertanyaan pada guru. Lembar Kerja peserta didik dan Lembar diskusi peserta didik yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran diskusi disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik sehingga peserta didik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran tidak mengalami kesulitan bahkan kegiatan pembelajaran terasa menyenangkan. Guru sebagai fasilitator. Sehingga terjadi interaksi antara guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik. Kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik. Peserta didik sebagai subyek bukan sebagai obyek.
Peningkatan aktivitas belajar peserta didik juga dapat dilihat dari hasil rata – rata angket keterlaksanaan aktivitas inkuiri peserta didik yang mengalami peningkatan, rata–rata skor pada pra siklus sebesar 17,5 dengan kriteria rendah, kemudian meningkat pada siklus pertama sebesar 32,5 dengan kriteria sedang dan meningkat lagi pada siklus kedua sebesar 41,2 dengan kriteria tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran Outdoor Learning berbasis inkuiri menjadikan pembelajaran menjadi lebih aktif, kreatif, dan menyenangkan serta menjadikan hasil yang dicapai peserta didik dalam pembelajaran sangat memuaskan.
Seorang peserta didik akan belajar lebih baik dan lebih bermakna apabila mengalami apa yang sedang dipelajari dan bukan hanya sekedar mengetahuinya. Hal itulah yang dimaksud John Dewey sebagai belajar melalui pengalaman langsung atau yang dikenal dengan istilah learning by doing yang akan membuat peserta didik lebih banyak belajar (Kustiawan dan Haritman 2009). Dengan demikian, pelaksanaan kegiatan pengamatan di lingkungan sekitar sekolah sudah memberikan pengalaman belajar karena menghadapkan peserta didik pada persoalan sehari-hari untuk dipelajari baik secara individu maupun kelompok.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa penerapan Outdoor Learning Berbasis Inkuiri mampu membuat peserta didik mengalami proses pembelajaran yang bermakna. Peserta didik diberi kesempatan untuk menggali pengetahuannya sendiri melalui kegiatan eksplorasi lingkungan sekitar, bekerja dalam kelompok, memberikan gagasan kepada orang lain, melakukan kerja proyek, dan mengkomunikasikan pekerjaannya kepada orang lain sehingga meningkatkan aktivitas belajar peserta didik.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
Simpulan
Berdasar hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa penerapan Pembelajaran Outdoor Learning berbasis inkuiri peserta didik dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar peserta didik serta ketuntasan belajar peserta didik secara klasikal dapat tercapai. Aktivitas inkuri pembelajaran pada pra siklus mendapatkan skor rata – rata 17,5 dengan kriteria rendah,siklus 1 dengan skor rata – rata sebesar 32,5 kriteria sedang dan pada siklus 2 dengan skor rata – rata sebesar 41,2 kriteria tinggi. Ini berarti pada siklus pertama terjadi peningkatan aktivitas sebesar 15 dan pada siklus kedua terjadi peningkatan aktivitas sebesar 8,7. Hasil Belajar Peserta didik pada pra siklus nilai rata – rata kelas sebesar 70,5, pada siklus 1 nilai rata – rata kelas sebesar 74,dan pada siklus 2 nilai rata – rata kelas sebesar 82. Ini berarti pada siklus 1 terjadi peningkatan nilai rata – rata kelas sebesar 3,5 dan pada siklus 2 terjadi peningkatan nilai rata – rata kelas sebesar 8. Sedangkan ketuntasan belajar peserta didik dari pra siklus terdapat 61% peserta didik tidak tuntas belajar, pada siklus 1 terdapat 19% peserta didik yang tidak tuntas dan pada siklus 2 terdapat 6% peserta didik yang tidak tuntas. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan Outdoor Learning berbasis inkuiri dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik.
Saran Tindak Lanjut
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan ada beberapa saran setelah dilakukan penelitian ini. Saran tersebut adalah: 1) guru dapat memanfaatkan perangkat pembelajaran dan instrumen pembelajaran Makhluk Hidup dan Lingkungannya yang disusun dari penelitian ini untuk pembelajaran materi pelajaran lain, 2) guru dan pihak sekolah dapat mengembangkan Outdoor Learning Berbasis Inkuiri untuk materi pelajaran yang lain serta untuk mata pelajaran yang lainnya agar dapat mengembangkan proses sains di dalam pembelajaran, 3) pada penerapan Outdoor Learning berbasis inkuiri, agar hasil belajar peserta didik tinggi guru disarankan membimbing peserta didik untuk mengikuti semua aktivitas inkuiri dalam Outdoor Learning dengan serius.
DAFTAR PUSTAKA
Ali H. (2008). Efektivitas Pembelajaran Biologi melalui Metode Out Door Study dalam Upaya Meningkatkan Minat Belajar Peserta didik. On line at http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/91091823.pdf [accesed 7 Agustus 2023]
Anni C T. (2007). Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK UNNES.
Diplomous D I. (2009). Planning Educational Activities and Teaching Strategies On Contructing a Conservation Educational Module. International Journal of Environmental and Science Education, 4 (4), hal. 351-364.
Gulӧ W. (2002). Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Haryanti. (2008). Pembelajaran Pendidikan Luar Ruang. Jurnal Pembelajaran. 72(11), hal. 27-32
Ismawati H. (2007). Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Sains-fisika melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Sub Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya pada Peserta didik Kelas VIII SMP Negeri 13 Semarang tahun pelajaran 2006/2007 (Skrpsi). Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Kustiawan, Iwan. Haritman, Erik. (2009). Pembelajaran Berbasis Proyek Programmable Logic Controller Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Pemrograman Mahapeserta didik. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia On line at http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/biologi/article/view/2543
[ diakses tanggal 20 Juli 2024]
Mills, G.E. (2000). Action Research: A Guide for the Teacher Researcher. Columbus: Merrill, An Imprint of Prentice Hall.
Rustaman N. (2005). Perkembangan Penelitian Pembelajaran Berbasis Inkuiri. Jurnal Pendidikan 10 (13), hal. 1-5
Saptono. (2009). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Semarang: Jurusan Biologi FMIPA UNNES.
Sardiman. (2001). Interaksi dan Motovasi BelajarMengajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Schumuck, R. A. (1997). Practical Action Research for Change. Arlington Height: Skylight Professional Development.
Syawiji. (2009). Metode Outdoor Learning dan Peningkatan Minat Belajar Aritmetika Sosial. Jurnal Pendidikan 9 (1), hal.30-46.
Walgito B. (2003). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi.
Wardani I.G.A.K, dkk. (2014). Pemantapan Kemampuan Profesional. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Parkin D.(1998). Is Education Environmental Education. Internasional Journal of Environmental Education and Information,17,hal.275-286.
Newman M J. Peter Higgins, Pat Mc Laughlin, & Pete Allison. Outdoor Experiental Education Programmes for Socially Excluded Young People (Final Report). University of Edinburgh.
Wibowo. (2010). Bentuk-Bentuk Pembelajaran Outdoor. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY.
Wenning C J. (2005). Teacher Training or Education, Which is it?. Journal of Physics Teacher Education Online. 2 (3), hal.1-5.
Wright, J.C. (1996). “Authentic Learning Environment in Analytical Chemistry Using Cooperative Methods and Open-Ended Laboratories in Large Lecture Courses”. Journal of Chemical Education, 73(9): 827-832.